Perangkap Kapitalisme dalam MDG's ( Dimuat dalam Opini Joglosemar 3 Oktober 2012)

on Kamis, 25 Oktober 2012

gambar diambil dari thegreenmarketoracle.com
Menilik sejarahnya MDG sendiri dibentuk pada tahun 2000 dimana MDG bermula dari KTT Milenium yang diselenggarakan PBB pada September 2000 dengan hasil Deklarasi Milenium. Pada sidang PBB ke 56 tahun 2001, Sekretaris Jenderal PBB menyampaikan laporan dengan judul Road Map Towards the Implementation of the UN Millennium Declaration. Laporan ini memuat upaya pencapaian delapan sasaran pembangunan dengan 18 target dan 48 indikator pada tahun 2015 yang kemudian dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Meski sekilas terlihat bertujuan mulia namun dalam sebenarnya keberadaan MDG ini tidaklah sesuci yang dibayangkan. “ There is no free lunch” begitu bunyi pepatah kuno ketika suatu kebijakan dibuat oleh negara-negara maju. 

Birokrasi Pendidikan yang Amoral* (Dimuat dalam Mimbar Mahasiswa Solopos 5 September 2012)

on Jumat, 07 September 2012
gambar diambil dari satunews.com
       Rasa-rasanya,kita terpaksa harus bertanya kembali tentang siapa sebenarnya yang memikul tanggung jawab sektor Pendidikan di negeri ini. Biasanya,jawaban teoritis akan selalu mengarah pada institusi pendidikan bersama perangkat fasilitas serta kualitas guru yang menjadi ujung tombaknya. Selama ini kita hanya sering mendengar berita tentang oknum-oknum pendidik amoral yang mengajarkan siswanya untuk menyontek saat Ujian Nasional (UN) hingga sertifikasi guru yang tidak murni untuk mengejar standarisasi mutu melainkan kebutuhan akan peningkatan gaji belaka. Namun,apakah benar kebobrokan pendidikan kita hanya disebabkan oleh asumsi terhadap rendahnya kualitas institusi pendidikan sebagai lembaga pelaksana Kegiatan Belajar Mengajar? 

Internalisasi Karakter Cinta Lingkungan* (DImuat Dalam Mimbar Mahasiswa Solopos 5 Juni 2012)

gambar diambil dari seruu.com
       Kurang dari sepuluh tahun yang lalu, saya masih dapat menangkap kupu-kupu yang hinggap pada bunga-bunga di taman sekolah. Saat itu saya juga masih mengenal beberapa jenis capung yang biasa saya tangkap dengan menggunakan lidi yang ujungnya diolesi dengan getah nangka. Pun juga dengan hewan-hewan seperti kepik, ikan-ikan kecil di sungai,kepiting di selokan, juga anak katak yang belum sempurna metamorfosanya. Namun hari ini, tanpa disadari kita semua telah susah untuk menemukan kupu-kupu atau capung dan juga hewan-hewan di atas. Ekosistem mereka telah berubah menjadi tembok berpondasikan beton. Sungai dan selokan yang dahulu dijadikan media bermain sekaligus belajar bagi anak-anakpun sudah semakin berkurang kualitas airnya sehingga tidak dapat memberi kehidupan.

Pemerintah Melupakan Orang Miskin* (Dimuat dalam Mimbar Mahasiswa Solopos 21 Februari 2012)



gambar diambil dari rudyansyah08.blogspot.com
Siang yang terik pada tanggal 14 Februari 2012 di gerbang belakang kampus megah Universitas Sebelas Maret Surakarta, nampak seorang Bapak tua renta bersama anaknya yang dari jauh begitu memprihatinkan. Karena penasaran, penulis pun menghampirinya. Ternyata kondisi mereka justru lebih memprihatinkan dari yang penulis duga sebelumnya. Si bapak yang duduk telanjang dada sedang terkulai lemas karena sesak nafas, sedangkan Umini, anak perempuannya nampak batuk kronis dengan tubuh yang tinggal tulang bahkan volume kaki yang hampir tak kuat menopang berat badannya. Dia sedang menunggu ibunya yang mengemis di area belakang kampus. Sang ibu diprediksi akan pulang ketika terik mulai menyengat dengan dua kemungkinan, mendapat uang atau tidak. Uang tersebut harus dapat membiayai angkot dan becak mereka menuju rumah di daerah Sangkrah, Kampung Sewu, Surakarta yang sebentar lagi juga hampir digusur karena proyek pembangunan pintu air.

Combine Merevitalisasi Pramuka* (Dimuat dalam Gagasan Solopos 15 Februari 2011)


gambar diambil dari aremanita-licek.blogspot.com
Sejarah mencatat bahwa keberjalanan Pramuka selama hampir 50 tahun di negeri ini meninggalkan jejak positif, utamanya dalam kegiatan- kegiatan sosial. Berbagai macam saka yang dibina oleh masing- masing pamong saka seperti saka wanabhakti, saka bhakti husada, saka bhayangkara serta saka taruna bhumi berhasil mewadahi hobi positif masing- masing anggota saka untuk turut serta melakukan pengabdian dalam masyarakat. Gerakan sosial dalam Pramuka adalah gerakan yang paling idealis di negeri ini. Semuanya dilakukan tanpa tendensi apapun. Pramuka tidak mengharapkan imbalan dan belas kasih dari siapapun kecuali dari Tuhan Yang Maha Esa. Gerakan Pramuka tidak dipengaruhi tekanan dari pihak manapun kecuali berniat untuk mempersembahkan warga Negara Indonesia yang ber- Pancasila, berwatak luhur, cerdas, trampil, kuat dan sehat serta mampu menyelenggarakan pembangunan sebagaimana tersarikan dari Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Bab II Pasal 4.