gambar diambil dari aremanita-licek.blogspot.com |
Jauh
sebelum wacana isu pendidikan karakter di dengungkan Pemerintah selama tiga
tahun terakhir ini, gerakan pramuka sejak dahulu sebenarnya telah mengemban
amanah itu serta siap berdiri di garda terdepan dalam pembentukan karakter
bangsa Indonesia.
Organisasi pramuka di sekolah memiliki peran strategis dalam membina mental dan
ideologi anak bangsa dikarenakan menjadi satu- satunya kegiatan ekstrakurikuler
yang diwajibkan.
Kepramukaan sebagai suatu proses atau kegiatan
pendidikan mempunyai tiga fungsi yaitu permainan, pengabdian dan alat. Sebagai
permainan tidak berarti main- main atau tidak beraturan melainkan permainan
tersebut mengandung unsur- unsur luhur seperti norma kemasyarakatan, disiplin,
kegotongroyongan serta kesukarelaan. Gerakan pengabdian pramuka selalu
berlandaskan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, dedikasi serta kejujuran dan
sportivitas. Sedangkan sebagai alat,
maka kepramukaan sebagai proses kegiatan Pendidikan merupakan alat bagi
masyarakat untuk mencapai sasaran dan tujuan yang menjadi cita- cita
masyarakat. Menilik ketiga fungsi adiluhung tersebut tidak berlebihan jika
Pemerintah seharusnya member perhatian yang lebih bagi geliat gerakan Pramuka Indonesia.
Namun,
Kepramukaan di negeri ini kerapkali mengalami hambatan eksternal maupun
internal. Hambatan eksternal misalnya, pada praktek lapangan, seringkali
masyarakat menemukan penyimpangan- penyimpangan utamanya pada kegiatan tingkat
penggalang atau penegak di Gugus Depan masing- masing. Orang tua menjadi enggan
mengizinkan anak mereka aktif di kegiatan kepramukaan karena pendapat publik yang menyatakan bahwa aktifis pramuka
cenderung akan turun prestasi akademiknya di sekolah. Hal diatas dapat
dihindari apabila Pembina masing- masing Gudep memberikan perhatian dan
pengawasan yang lebih dalam setiap kegiatan kepramukaan.
Hambatan
internal merupakan hambatan yang paling berbahaya adalah ketika anggota pramuka
tidak lagi menganggap kegiatan Pramuka sebagai kegiatan yang menarik dan
memberi manfaat. Seiring dengan internet yang menjadi revolusi media kedua
setelah mesin cetak Guttenberg dan ketiga setelah kehadiran televisi, generasi
muda terjebak dengan hidup yang serba praktis dan cenderung malas. Generasi
muda sekarang yang lebih suka berlama- lama duduk di depan komputer,
berselancar di dunia maya untuk mendapatkan informasi atau sekedar bermain-
main dengan situs jejaring sosial mungkin merasa jenuh dengan dominasi kegiatan
pramuka yang sering membuat lelah dan penat. Seseorang yang tersesat di jalan pada masa kini
misalnya, tidak akan mungkin untuk mengimplementasikan sandi morse. Generasi muda
yang lebih update terhadap seri
terbaru game online akan mengalami logika terbalik jika dihadapkan
dengan permainan Pembina Gugus Depan yang menurut mereka kurang menarik. Revitalisasi kurikulum kepramukaan menjadi isu utama
yang harus segera diselesaikan.
Indonesia
masa kini bukan lagi zaman perang melawan penjajah ataupun berjuang untuk
meruntuhkan rezim orde baru. Reformasi telah banyak menghadirkan perubahan yang
structural, substansial maupun cultural dalam lingkup pemerintahan Indonesia. Kegiatan
pramuka yang konvensional dan tidak sesuai dengan waktu dan kondisi harus
diperbaharui dengan ide- ide terhadap kegiatan yang diperlukan masyarakat masa
kini.
Combine atau singkatan dari Collaborative Management, Branding and
network adalah sebuah strategi inovasi kegiatan kepramukaan di era
globalisasi. Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi,
kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak
yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan
manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama,
kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat,
kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. Sehingga Collaborative management berarti
revitalisasi kegiatan Kepramukaan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak
seperti Pemerintah sebagai pelindung utama, Kwartir Nasional, Kwartir Daerah,
Kwartir Cabang dan seterusnya. Wacana untuk membentuk Gugus Depan berbasis
komunitas mengakibatkan Pramuka juga membutuhkan dukungan sepenuhnya dari
Pemerintah Daerah dan seluruh elemen masyarakat yang tergabung dalam MABISA
(Majelis Pembimbing Desa Gerakan Pramuka) untuk melancarkan sosialisasi
kegiatan kepramukaan. Semakin banyak satuan karya bermuncula berarti
pembentukan karakter nasional akan semakin terbangun.
Strategi selanjutnya
adalah Branding (Pemberian Merk).
Maksudnya, gerakan Pramuka perlu mendelarasikan eksistensinya kembali baik
secara inward (ke dalam) maupun outward (keluar). Strategi inward dapat
dilakukan dengan inovasi produk- produk kegiatan Pramuka. Misalnya, pramuka
memberi kesempatan yang seluas- luasnya kepada anggota untuk memilih kegiatan
apa yang mereka sukai tetapi tetap dalam wadah kepramukaan. Misalnya
terbentuknya komunitas penulis, komunitas blogger,
dan komunitas penggiat handmade.
Dalam transfer materi kepramukaan yang sebagian besar adalah tentang pendidikan
karakter, Pembina pramuka harus menyampaikan materi secara menarik dengan
konsep audiovisual dengan fasilitas pendukung kelas yang memadai misalnya,
tidak ceramah di lapangan saja hingga anggota mengantuk seperti yang biasa
dilaksanakan di Gugus Depan hingga saat ini.
Strategi
branding outward (keluar) berarti
Pramuka harus mengembalikan kepercayaan masyarakat dan menarik simpati
masyarakat melalui pengabdian nyata yang unik. Seperti yang telah dilakukan
oleh Ambalan Bung Karno dan Raden Ajeng Kartini Pangkalan SMA Negeri 1 Blora
misalnya, anggota melaksanakan sholat jum’at di Lembaga Pemasyarakatan
Kabupaten Blora berjama’ah dengan para napi. Disitu para anggota bersemangat
karena merasa penasaran dengan keadaan di dalam LP. Para
anggota belajar banyak hal tentang kesalahan para napi serta efek jera dari kesalahan yang mereka perbuat. Para anggota juga membagi- bagikan snack sehingga para napi merasa senang. Hal ini telah dijadikan
sebagai agenda tahunan. Hal lain dapat dilakukan seperti berkunjung langsung ke
sentra- sentra pembuatan batik, media massa
cetak, sentra kebudayaan lokal dan intensifikasi kegiatan bakti sosial dan
penyuluhan yang menjunjung tinggi prinsip partisipatif mandiri masyarakat.
Selanjutnya,
strategi apapun tidak akan berarti tanpa adanya network (jaringan) yang baik. Kehadiran internet membuka kesempatan
seluas- luasnya bagi para anggota pramuka untuk mengembangkan jaringan dengan
siapapun dan darimanapun. Hal ini dapat diwadahi dengan adanya Forum Online untuk diskusi antar satuan
melalui media blog bahkan facebook
sehingga anggota dapat berdiskusi sekaligus memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri.
Tidak
ada hal yang tidak berubah di dunia ini selain perubahan itu sendiri. Begitupun
kegiatan Pramuka yang memiliki peran strategis terhadap pembentukan karakter
bangsa yang telah bobrok pada setiap lini. Negeri yang terbuai dalam ayunan
korupsi dan budaya merasa benar sendiri harus segera dibangunkan oleh sedikit
masyarakat yang masih sadar. Mental disiplin yang menjadi produk unggulan
Pramuka harus mengejawantah dalam inovasi yang mengikuti perkembangan zaman
sehingga dapat terus eksis menjaga bangsa dan negeri ini, Indonesia
pusaka. Salam Pramuka!
* Penulis : Kalis Mardi Asih
0 komentar:
Posting Komentar